Perihal Wisuda Online dan Maknanya

bakpti.unisma.ac.id, Di kalangan akademik, wisuda merupakan penanda kelulusan mahasiswa yang telah menempuh masa belajar pada suatu universitas. Biasanya prosesi wisuda diawali prosesi masuknya senat universitas yang terdiri dari rektor dan para pembantu rektor dengan dekan-dekannya guna mewisuda para calon wisudawan. Pada umumnya, calon wisudawan mengenakan pakaian yang sudah ditentukan, seperti pakaian pria menggunakan hem putih dan celana hitam bersepatu hitam, pakaian wanita menggunakan kebaya tradisional tipis dengan kain batik dan bagian luarnya mengenakan toga.

Pada masa pandemi ini, prosesi wisuda yang biasanya diadakan di dalam suatu gedung yang besar dengan calon wisudawan yang jumlahnya ribuan, kini banyak Perguruan Tinggi yang melakukannya dengan prosesi online atau sinkron maya. Mahasiswa yang diwisuda tidak lagi datang ke kampus dan berkumpulk di suatu gedung, tetapi berdiam di kediaman mereka masing-masing dan diwisuda oleh rektor mereka secara online.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Ada yang berpendapat bahwa wisuda adalah prosesi yang sakral dan menjadi momen yang tidak terlupakan bagi wisudawan yang telah berjuang keras untuk menyelesaikan tiap mata kuliah dan tugas akhir. Di samping itu, perayaan wisuda merupakan momen untuk sekedar bisa berfoto bersama teman-teman seperjuangan sebelum kembali ke daerah masing-masing dan berfoto bersama orang tua yang selalu mendukung.

Pendapat selanjutnya bahwa wisuda hanyalah sekedar seremonial biasa yang digunakan sebagai penanda bahwa mahasiswa tersebut sudah lulus dari jenjang pendidikan yang ia tempuh. Yang terpenting adalah bagaimana setelah wisuda bisa berkiprah untuk masyarakat dengan membawa manfaat bagi kehidupan.

Namun, jika dilihat  tren wisuda sebelum masa pandemi, sepertinya banyak yang memaknai pendapat kedua, yaitu wisuda sekedar acara seremonial saja dan bukan kegiatan yang sakral. Kita lihat di kanal-kanal Youtube misalnya, dalam prosesi wisuda kegiatan utamanya bukan prosesi dilantiknya mahasiswa oleh rektornya, melainkan acara bernyayi bersama lagu-lagu yang sedang populer. Bahkan ada yang menyanyikan lagu dangdut populer dan wisudawan berjoget. Memang tidak ada yang salah, namun sebenarnya prosesi wisuda tetap harus menjaga kepantasan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kemudian, wisuda juga dianggap hanya prosesi seremonial ringan saja terbukti dari perilaku teman-teman seperjuangan wisudawan. Pada saat wisuda banyak kita temui ada mahasiswa memberikan kalung berupa snack/makanan kecil yang dirangkai. Ada juga snack/makanan kecil yang dirangkai menjadi seperti karangan bunga. Hal itu menjadi sangat populer sekali. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka menghadiahkan itu kepada teman mereka. Kalau penulis menila, hal tersebut terkesan membuat remeh wisudawan. Padahal untuk menjadi wisudawan banyak sekali yang dikorbankan seperti tenaga, pikiran dan waktu. Masa hadiahnya kalung makanan ringan? Kalau bunga, mungkin masih mriyayeni.

Dengan tren wisuda online, sepertinya acara joget, menyanyi, dan memberikan kalung makanan ringan, atau sejenisnya mungkin bisa dihindari. Oleh karenanya mungkin acara wisuda bisa kembali menjadi acara yang sakral. Mungkin saja. Atau mungkin selain pendapat di atas, prosesi wisuda sakral tidaknya tidak ditentukan oleh aktivitas wisudanya, melainkan ketidaksakralan itu karena jumlah lulusan Perguruan Tinggi per tahun bahkan per bulan sangat banyak sekali. Sesuai dengan hukum ekonomi, semakin jarang sesuatu itu, semakin mahal harga barang tersebut.  Begitu juga wisuda, semakin banyak yang diwisuda/lulusan, semakin tidak sakral lagi acara tersebut.

INFORMASI SEPUTAR PENDAFTARAN MAHASISWA BARU pmb.unisma.ac.id

*)Penulis: Ganjar Setyo Widodo, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini dimuat di  timesindonesia.co.id

Edisi 25 Juni 2020

You may also like...

Popular Posts