bakpti.unisma.ac.id, 28/07/20. Sambut Low Touch Economy and Creating Value, FEB Unisma Malang Gelar Webinar Internasional bertajuk Internasional Innovation Manajemen on Value Creation.
Acara webinar ini diikuti oleh akademisi, praktisi dan mahasiswa dari Indonesia, Malaysia dan Thailand ini yang memiliki kepedulian untuk menciptakan Value Creation di Masa Low touch Economy.
Dimana akibat minimnya interaksi fisik antara karyawan dan konsumen adalah salah satu kendala yang paling mencolok pada bisnis seperti biasa, itulah sebabnya memunculkan istilah Low Touch Economy. Era Low Touch Economy akan membawa banyak ketidakstabilan. Organisasi perlu beradaptasi dengan cepat.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id
Penjelasan oleh narasumber webinar Dzulkifli Mukhtar, PhD
Salah satu narasumber webinar, Dzulkifli Mukhtar, PhD menjabarkan bahwa sebagian besar para ahli sepakat bahwa saat ini dunia bisnis berada tahap dalam pemulihan yang panjang, lambat dan bergelombang.Perusahaan yang sukses di era ini adalah mereka yang mengadaptasi model bisnis mereka untuk bekerja dengan langkah-langkah kesehatan yang berbeda dan tantangan lain yang disajikan Covid-19.
“Era Low Touch Economy akan menentukan kehidupan kita setidaknya 1-2 tahun,” jelasnya.
Untuk bertahan hidup Perusahaan perlu melakukan inovasi sebagai strategi awal untuk bertahan hidup, karena saat ini menghadapi karena menghadapi struggling economy. Ia mengungkapkan akademisi yang memiliki expeirtise lulusan Nottingham Inggris di bidang manajemen inovasi ini.
Selanjutnya Dzulkifli menawarkan desain strategi bisnis dalam era low touch Economy yang harus memperhatikan: interaksi dengan sentuhan rendah antara pelanggan dan karyawan, mampu beroperasi dengan batasan:larangan bepergian & langkah-langkah kebersihan baru, membatasi diakses ke kelompok rentan dan tidak melibatkan pertemuan besar, fleksibilitas untuk menavigasi beberapa tekananan sesudah dampak perekonomian global.
“Ada beberapa pemicu perusahaan untuk berinovasi dalam kondisi low toch economy diantaranya Pergerseran industry dengan merancang ulang rantai pasokan, pendatang pasar baru, Menghilangkan regulasi yang menghalagi pembukaan pasar beru, perilaku konsumen baru ketika orang bertindak berbeda, mereka menghadapi kebutuhan baru, Perubahan sosial seperti Pergeseran demografi, norma baru, dan nilai, keterbaruan teknologi yang mempermudah mudah untuk memecahkan masalah spesifik dan akses ke sumber daya baru seperti akses jaringan, aset baru, kemitraan baru “ ujar dosen yang juga menjabat Ketua Program Pascasarjana di University Malaysia Kelantan ini.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id
Penjelasan oleh narasumber webinar Didik Sunardi
Sementara itu Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Nur Diana dalam sambutannya menaggapai bahwa Nur Diana, perusahaan dapat meningkatkan daya saingnya tergantung pada tingkat inovasinyayang mampu mencipatakan value kepada customernya. “Value pada sebuat produk atau jasa tercermin pada bagaimana mampu memberikan kepuasasan dan seberapa lama value itu dirasakan oleh customer. Saat inovasi yang diciptakan oleh perusahaan sudah ditiru oleh pesaing atau pesaing mampu menciptakan inovasi lain dengan fungsi yang sama dengan yang diciptakan perusahaan maka, disitulah inovasi kita sudah tidak bervalue,” jelasnua.
Ia menambahkan kondisi era kenormalan baru menuntut bisnis yang sesuai dengan prinsip low touch economy atau model bisnis yang mampu bertransformasi dalam kondisi low touch economy akan tumbuh lebih pesat. Perusahaan harus siap untuk bertransformasi dalam era low touch economy.
Sementara itu Didik Sunardi, CEO PT Sentra Studia memiliki segudang pengalaman sebagai Director, Marketing & Professional Services, IBM ASEAN, Vice President – Strategic Business & eChannel, Citibank Consumer Group menjabarkan bahwa value yang dirasa unggul mampu membawa keinginan usernya maka dengan keunggulan itulah akan dipilih oleh usernya. “Jika valuenya tidak diterima, akan menciptakan kekalahan hal ini banyak ditunjukkan oleh perusahaan di Indonesia yang akhirnya hilang karena valuenya gak sampai kepada customer,” ujarnya.
“Value sendiri sebenarnya definsinya sangat sederhana yaitu perbandingan antara total benefit dengan total cost. Total benefit meliputi functional benefit, emotional benefit dan thrust yang dilihat oleh customer dibandingkan dengan berapa cost yang kita keluarkan untuk mendapatkan benefit,” lanjut Didik yang asli Arek Malang ini.
Selanjutnya ia menjabarkan Framework sederhana bagaimana menghubungkan teknologi, inovasi dan value. Didik mengatakan bahwa value itu ditentukan oleh pasar, bukan oleh teknology. Masyarakatlah yang menentukan Value yang mereka butuhkan. (*)
INFORMASI SEPUTAR PENDAFTARAN MAHASISWA BARU pmb.unisma.ac.id
*)Tulisan asli berita dimuat di timesindonesia.co.id (https://www.timesindonesia.co.id/read/news/287226/sambut-low-touch-economy-and-creating-value-feb-unisma-malang-gelar-webinar-internasional )
Edisi 28 Juli 2020