Unisma (09/11/24), Kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif, jeli melihat peluang dan selalu terbuka untuk setiap masukan dan perubahan yang positif yang mampu membawa bisnis terus bertumbuh serta memiliki nilai. Dalam kewirausahaan terdapat beberapa kompetensi yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terhubung menjadi satu dengan yang lainnya, yang diperlukan wirausaha untuk dilatih dan dikembangkan agar mampu menghasilkan kinerja terbaik dalam mengelola usahanya dan harus mampu menjalankan fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, dan pengawasan agar usaha yang dijalankannya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Keterampilan ini merupakan syarat mutlak untuk menjadi wirausaha sukses.
Keberlanjutan usaha adalah salah satu aspek yang sangat penting bagi keberhasilan dan pertumbuhan jangka panjang suatu bisnis. Di era digital saat ini, perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia memiliki peran strategis dalam mengembangkan literasi kewirausahaan dan literasi digital untuk meningkatkan keberlanjutan usaha, khususnya bagi mahasiswa yang ingin memulai atau mengelola bisnis mereka. Kajian tentang literasi kewirausahaan dan literasi digital di lingkungan perguruan tinggi penting untuk memahami bagaimana keduanya dapat berkontribusi terhadap kelangsungan dan pertumbuhan usaha yang dijalankan oleh mahasiswa, alumni, dosen atau karyawan perguruan tinggi.
Berdasarkan kajian ini, ada beberapa pandangan yang dapat dijadikan refleksi mengenai bagaimana literasi kewirausahaan dan literasi digital dapat menjadi pendorong keberlanjutan usaha di lingkungan perguruan tinggi.
Literasi Kewirausahaan sebagai Pilar Awal Usaha yang Berkelanjutan
Literasi kewirausahaan tidak hanya tentang bagaimana seseorang dapat memulai usaha, tetapi juga tentang bagaimana mempertahankan dan mengembangkan bisnis tersebut dalam jangka panjang. Di perguruan tinggi, pengembangan literasi kewirausahaan sangat krusial karena memberikan mahasiswa pemahaman yang lebih dalam tentang aspek-aspek bisnis yang seringkali diabaikan oleh para pemula, seperti pengelolaan keuangan yang baik, strategi pemasaran yang tepat, serta analisis pasar yang mendalam.
Melalui kurikulum kewirausahaan, mahasiswa bisa mendapatkan teori dan praktik yang bisa mereka aplikasikan langsung dalam bisnis mereka. Banyak perguruan tinggi yang sekarang ini mengembangkan program kewirausahaan dengan pendekatan yang lebih praktikal, seperti inkubator bisnis, pelatihan manajemen usaha, hingga peluang untuk berkolaborasi dengan pelaku usaha lain. Ini memberi mahasiswa pengalaman langsung yang sangat berharga. Tidak jarang, pengusaha muda dari perguruan tinggi yang berangkat dengan pemahaman kewirausahaan yang kuat dapat mengembangkan usaha mereka lebih jauh dan bertahan lama meskipun dalam kondisi pasar yang kompetitif.
Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana membuat literasi kewirausahaan ini lebih inklusif dan dapat diakses oleh semua mahasiswa, tidak hanya mereka yang mengambil jurusan bisnis. Di banyak perguruan tinggi, kewirausahaan seringkali dianggap sebagai bidang khusus, padahal keterampilan ini sangat relevan untuk semua bidang, baik itu dalam bidang teknologi, seni, atau ilmu sosial. Oleh karena itu, perlu ada dorongan untuk menjadikan kewirausahaan sebagai budaya yang melekat dalam setiap disiplin ilmu yang diajarkan di perguruan tinggi.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Literasi Digital sebagai Kunci Keberlanjutan Usaha di Era Teknologi
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, literasi digital kini menjadi salah satu kompetensi yang sangat penting dalam dunia bisnis. Ini juga berlaku bagi mahasiswa yang ingin mengelola bisnis secara efektif dan berkelanjutan. Literasi digital tidak hanya mengacu pada kemampuan dasar menggunakan perangkat teknologi, tetapi juga kemampuan untuk memanfaatkan berbagai alat dan platform digital untuk mendukung operasional bisnis.
Penting untuk dicatat bahwa keberlanjutan usaha di era digital sangat bergantung pada kemampuan pengusaha untuk memanfaatkan teknologi dalam berbagai aspek, mulai dari pemasaran digital, analisis data pelanggan, hingga penggunaan platform e-commerce. Di perguruan tinggi, mahasiswa harus diberikan akses dan pelatihan terkait penggunaan alat-alat digital ini untuk membantu mereka mengembangkan bisnis mereka secara efisien dan efektif.
Salah satu area yang sangat penting adalah pemasaran digital. Dunia pemasaran telah berubah secara drastis dengan munculnya platform media sosial dan iklan digital yang memungkinkan bisnis kecil untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Penguasaan literasi digital yang baik akan membantu mahasiswa untuk memanfaatkan potensi ini dengan maksimal. Di sisi lain, mahasiswa yang terampil dalam menggunakan alat digital juga lebih mampu mengelola data bisnis mereka, melakukan analisis pasar berbasis data, serta memanfaatkan otomatisasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Namun, tantangan terbesar yang dihadapi banyak mahasiswa adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam memilih dan menggunakan alat digital yang tepat untuk bisnis mereka. Tidak semua mahasiswa memiliki akses atau pemahaman mendalam mengenai alat-alat ini. Oleh karena itu, perguruan tinggi perlu memastikan bahwa literasi digital bukan hanya sekedar pelatihan teknologi dasar, tetapi juga pemberian keterampilan praktis yang dapat langsung diterapkan dalam konteks kewirausahaan.
Integrasi Literasi Kewirausahaan dan Literasi Digital dalam Kurikulum Perguruan Tinggi
Salah satu kekuatan utama dari kajian ini adalah pentingnya mengintegrasikan literasi kewirausahaan dan literasi digital dalam kurikulum perguruan tinggi. Literasi kewirausahaan dan literasi digital bukanlah dua konsep yang terpisah; keduanya saling melengkapi dan sangat dibutuhkan untuk menciptakan pengusaha yang mampu bertahan di pasar yang kompetitif dan berkembang. Dengan memasukkan kedua literasi ini ke dalam program studi yang relevan, perguruan tinggi dapat memberikan bekal yang lebih lengkap kepada mahasiswa untuk sukses dalam bisnis.
Kurikulum perguruan tinggi harus dirancang sedemikian rupa agar mahasiswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan dasar, tetapi juga keterampilan praktis yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis secara berkelanjutan. Sebagai contoh, mata kuliah kewirausahaan bisa mencakup materi yang mengajarkan mahasiswa untuk mengidentifikasi peluang bisnis, merancang model bisnis, dan mengelola tim. Di sisi lain, materi literasi digital bisa meliputi pelatihan untuk mengoptimalkan penggunaan media sosial, alat pemasaran digital, hingga memahami analisis data untuk membuat keputusan bisnis yang lebih tepat.
Selain itu, perguruan tinggi juga harus menyediakan ekosistem yang mendukung kewirausahaan digital, seperti inkubator bisnis, kompetisi startup, dan fasilitas riset pasar berbasis teknologi. Perguruan tinggi yang dapat menggabungkan kedua literasi ini dengan baik akan menghasilkan pengusaha yang lebih siap untuk menghadapi tantangan dan peluang yang ada di dunia bisnis yang serba digital.
Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Keberlanjutan Usaha Mahasiswa, Alumni, Dosen dan Karyawan
Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan kewirausahaan, baik dalam aspek literasi kewirausahaan maupun literasi digital. Dukungan ini bisa berupa penyediaan fasilitas, akses ke sumber daya, pelatihan, serta kolaborasi dengan sektor industri. Perguruan tinggi juga bisa membantu ,alumni, dosen dan karyawan dalam membangun jaringan dengan mentor, investor, dan praktisi industri yang dapat membantu bisnis mereka berkembang.
Keberlanjutan usaha mahasiswa juga sangat dipengaruhi oleh bagaimana mereka diterima dan didukung dalam ekosistem kewirausahaan yang ada di perguruan tinggi. Hal ini bukan hanya terkait dengan kurikulum, tetapi juga dengan budaya yang ada di kampus yang mendukung inovasi dan kewirausahaan.
Secara keseluruhan, literasi kewirausahaan dan literasi digital adalah dua komponen yang saling berkaitan dan sangat krusial untuk keberlanjutan usaha ,alumni, dosen dan karyawan di lingkungan perguruan tinggi. Perguruan tinggi harus menjadi pusat yang tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga menyediakan ruang dan kesempatan bagi mahasiswa,alumni, dosen dan karyawan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam dunia nyata. Integrasi antara literasi kewirausahaan dan digital dalam kurikulum perguruan tinggi akan menciptakan pengusaha muda yang lebih siap, lebih tangguh, dan lebih inovatif, serta mampu mempertahankan dan mengembangkan usaha mereka dalam dunia yang semakin terhubung secara digital. (nvn22)
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id