Dakwah Dengan Cinta dan Kehalusan Budi

bakpti.unisma.ac.id, 04/11/20. Al kisah. Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang sekarang menjadi orang yang paling dimaki di seluruh dunia. Al kisah telah membayar uang senilai 10 Juta Euro dan membebaskan 200 tahanan untuk ditukar dengan seorang Missionaris Prancis Shopie Petronin yang ditahan di Mali.

Tak tahu sumber cerita ini dari mana dan siapa yang membuat sampai kini belum jelas. Kesahihan cerita ini pun menjadi hal tak banyak dipertanyakan. Saking menariknya cerita. Tetap saja bisa bermakna baik bagi banyak orang.

Dalam narasi yang banyak beredar di WAG maupun medsos itu dikisahkan bahwa Shopie Pètronin bukanlah orang biasa. Pendakwah berpengaruh.

Konteksnya menarik, karena dia yang 25 tahun menjadi missionaris di Mali dan ditahan oleh kelompok Islam itu ternyata telah mendapat Hidayah Allah SWT dan memeluk agama Islam serta mengubah namanya menjadi Maryam.

Konteksnya menjadi menarik, sebab baru diketahui di bandara setelah disambut sedemikian hormatnya oleh Macron yang telah berkorban banyak demi kebebasannya.

Lebih-lebih adalah bumbu olahan berita. Seakan-akan wanita kulit putih Perancis itu membayar kebaikan seorang presiden dengan tuba. Berbuat sesuatu dengan rasa tidak setia terhadap kebijakannya menganggap Islam akan merebut masa depan Perancis.

Pembaca alur cerita berharap ada rasa terima kasih misionaris itu dengan mendukung Macron memerangi kerasnya orang orang Islam dan memerangi dunia dunia Islam pada umumnya.

Sepulang dari pelepasannya sebagai seorang tahanan, malah berbalik ideologi. Sepulang dari Mali, malah dia masuk Islam, dunia yang menurut persepsi Macron adalah dunia teroris.

Selebihnya adalah kisah dan pernyataan Sofi selama 4 tahun di penjara kaum muslimin di daerah yang ekonominya lemah. “Saya adalah seorang tawanan Muslim, tetapi mereka tidak pernah menyentuh saya dengan buruk dan perlakuan mereka terhadap saya adalah penghargaan dan penghormatan,” ungkapnya dalam kisah itu.

Walaupun keabsahan cerita itu masih belum terverifikasi dengan baik, kita menikmati membacanya. Sebab ada banyak pelajaran yang bisa dipetik.

Ada uswah di dalam cerita. Ada semacam nilai yang baik yang bisa menjadi teladan, tidak hanya bagi Macron, juga terutama untuk kita. Tentang harkat dan martabat perempuan dalam Islam, tentang kesederhaanaan, dengan makanan dan minuman yang halal, dan tentang penghormatan privasi, tentang bicara yang baik tanpa pelecehan verbal atau fisik. Tentang orang-orang yang menyucikan diri dengan air dan berdoa kepada Tuhan, shalat lima waktu dan puasa, amal shaleh, tahajjud, dan pensucian diri.

Kisah itu juga memberi gambaran tentang equality dan penghormatan atas benda, serta salah paham barat dalam memaknai hidup dan kekayaan (wealth). Ada kesalahpahaman bahwa bila kita kaya kita akan selalu bahagia, dan sebaliknya.

Shopie bercerita bahwa wanita muslimah di Mali hitam seperti arang, tapi hati mereka putih seperti susu, sederhana, tetapi setia, tidak bergaul dengan laki-laki asing, tidak minum alkohol, tidak bermain judi, dan tidak berzina.

Dasar pendakwah, setelah lepas penjara tetap saja berdakwah. Materinya lain, berbelok arah. Dikatakannya, Macron salah paham, tidak seperti anggapan presiden bahwa Islam adalah agama kekerasan dan benci kaum Nasrani. Ternyata di Mali orang-orang imam kepada Nabi Isa sekaligus nabi Muhammad SAW.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Lantas apa saja pelajaran dakwah di balik kisah itu? Berikut ini beberapa pandangan saya.

*Pertama*. Hidayah dan petunjuk Allah itu diberikan kepada yang dikehendaki-Nya. Kepada siapa saja yang dikasihi-Nya. Juga sebaliknya, orang baik dan pintar serta memiliki jabatan tinggi, bisa berakhir dalam kegelapan pikir kalau tanpa hidayah-Nya.

*Kedua*. Ternyata kehalusan budi dan cinta sesama yg ditunjukkan oleh ummat Islam di Mali – Afrika telah menjadi wasilah kesadaran Maryam Petronim untuk bersyahadah. Dakwah memang harus dibarengi perilaku yang saleh luar dalam. Dakwah harus dengan cinta dan hikmah.

*Ketiga*. Kita bisa membaca bahwa Eropa dan Perancis secara umum memiliki miss-perception kesalahan mendasar yang memandang Islam dan ummat Islam sebagai teroris sebagaimana dikatakan Maryam Petronim itu. Dakwah Islamiyah harus memasukkan agenda pemahaman yang lebih luas tentang Islam dan falsafah ummatnya.

*Keempat*. Kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi masih melanda dunia muslim di Afrika pada umumnya, dan Mali sebagaimana kisah dalam cerita ini. Namun demikian, bukan jaminan mereka tak beradab dan hina. Namun keunggulan ekonomi dan kemajuan tak serta merta memiliki keunggulan budi dan akhlak.

*Kelima*. Al Qur’an adalah hidayah, obat penenteram hati dan ada cahaya di dalamnya. Penghayatan dalam melantunkan dan meresapi Wahyu Ilahi, membaca Al Qur’an sebagaimana kisah di atas dan kisah proses syahadat Sahabat Umar bin Khattab yang dikenal sangat keras anti Muhammad SAW.

Al Qur’anul adzim telah menembus kekurangan arti bahasa dan ketidakmengertian akal. Al Qur’an adalah firman Allah dan titah Tuhan yang haq yang menembus batas kelemahan pengertian manusia.

Dakwah harus dengan hikmah dan cinta. Dimana mana, akhlakul karimah adalah inti dari strategi dakwah dan salah satu inti dalam beragama.(*)

*) Tulisan asli di muat https://www.bangsaonline.com/berita/82735/%E2%80%8Bdakwah-dengan-cinta-dan-kehalusan-budi

*)Ditulis oleh Prof. H.M. Mas’ud Said, MM., Ph.D (Direktur Program Pascasarjana Universitas Islam Malang)

Edisi 04 November 2020

 

You may also like...

Popular Posts