Tantangan Guru Mengajar Lewat Perangkat Digital

bakpti.unisma.ac.id, Dalam minggu ini, Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengumumkan kebijakan pendidikan saat pandemi covid-19. Pada intinya sekolah akan dibuka kembali lagi untuk pembelajaran tatap muka hanya untuk wilayah zona hijau saja. Sesuai dengan data yang dipaparkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sekolah yang berada di Zona Merah, Kuning, Oranye sebesar 94% atau dalam 429 Kabupaten/Kota sedangkan yang berada pada Zona Hijau hanya sebesar 6% atau dalam 85 Kabupaten/Kota.

Dengan berdasar data tersebut, yang bisa menyelenggarakan pembelajaran tatap muka hanya sedikit wilayah itupun dengan protokol kesehatan yang ketat dan dapat ditutup kembali apabila terjadi peningkatan penularan covid-19 atau daerah tersebut menjadi zona merah, kuning dan oranye. Lalu daerah yang berada di zona merah, kuning, oranye harus menyelengarakan pembelajaran di rumah masing-masing secara penuh atau pembelajaran daring.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id

Tantangan yang harus dijawab yaitu bagaimana kecapakan guru untuk bisa mengajar secara efektif melalui perangkat digital. Seperti yang kita ketahui, bahwa budaya menggunakan perangkat digital baru saja dikenal tahun 90an dan baru booming di tahun 2000-an semenjak ada android. Sekarang , semua orang dari kelas menengah ke bawah sampai kalangan atas sudah tidak asing lagi menggunakan android. Bahkan perangkat tersebut bukan lagi dikategorikan sebagai barang mewah. Namun, masyarakat jarang sekali atau bahkan tidak sama sekali memiliki kebiasaan belajar melalui perangkat digital tersebut. Masyarakat, guru dan siswa terbiasa belajar secara tatap muka di sekolah. Seluruh perangkat digital tersebut hanya digunakan berkomunikasi sehari-hari dan membaca berita-berita digital.

Menjawab ketimpangan tersebut, seorang guru di era digital, setidaknya memiliki 8 keterampilan digital. Diantaranya yaitu

1.    Kemampuan membuat blog atau Wiki

Kemampuan membuat blog yang dibutukan oleh guru yaitu kemampuan untuk membuat sarana komunikasi, baik offline maupun online yang berupa konten belajar yang sewaktu-waktu bisa diakses oleh siswa. Konten tersebut harus dibuat secara komukatif seperti layaknya guru mengajar secara langsung.

2.    Kemampuan membuat konten belajar audio visual yang menarik

Kemampuan membuat visual menarik menjadi penting karena dalam pembelajaran berbasis digital, peran guru yang biasanya dilakukan secara langsung digantikan oleh media digital. Untuk itu, konten belajar harus tervisualisasi dengan baik melalui video maupun audio sehingga siswa bisa tertarik belajar.

3.    Kemampuan mencari sumber belajar digital yang efektif dan efisien

Guru yang tidak memiliki banyak waktu atau terbatas, diharapkan mampu mencari sumber belajar digital dengan cepat dan tepat. Untuk memiliki kemampuan tersebut guru harus membuat bookmark situs-situs belajar sehingga kapanpun dibutuhkan mudah untuk ditemukan dan diinformasikan kepada siswa. Untuk memiliki bookmark situs belajar yang lengkap, guru harus disiplin untuk menandai situs-situs belajar sehingga memiliki database situs yang banyak dan lengkap.

4.    Kemampuan mendesain asesmen berbasis digital

Sesi terakhir dari setiap pembelajaran, guru selalu melakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa. Jika dalam kelas tatap muka, guru biasanya menggunakan soal dan dikerjakan oleh siswa dengan pengawasan langsung. Dalam kelas digital, guru dapat membuat game untuk membuat evaluasi. Game tersebut bisa disusun menggunakan platform yang sudah banyak sekali disediakan oleh vendor dengan gratis. Guru bisa memanfaatkan hal tersebut.

Seluruh kemampuan adalah kemampuan minimal yang bisa dilakukan oleh guru untuk menjawab tantangan pembelajaran dengan berbantuan media digital. Dan perlu diingat bahwa kecapakan guru dalam mendesain pembelajaran digital adalah kunci sukses dalam melakukan pembelajaran dalam jaringan.

INFORMASI SEPUTAR PENERIMAAN MAHASISWA BARU pmb.unisma.ac.id

*)Penulis: Ganjar Setyo Widodo, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini dimuat di  timesindonesia.co.id

Edisi 18 Juni 2020

You may also like...

Popular Posts