bakpti.unisma.ac.id, 06/08/20. Permasalahan pendidikan jarak jauh atau lebih populer dengan sebutan pembelajaran daring, sangatlah banyak. Dari ketidaksiapan peralatan daring, aplikasi daring dan pengguna daring. Peralatan daring yang baik menggunakan komputer atau laptop dan bahkan android. Sedang aplikasi daring yaitu menggunakan Learning Management System sehingga pembelajaran dapat dikondisikan dengan tersruktur, terukur dan mudah dikontrol. Sekolah yang tidak memiliki aplikasi tersebut pasti pembelajaran daringnya tidak teratur. Sedangkan dari sisi pengguna, ketidaksiapannya yaitu pemahaman individu tentang bagaimana mengoperasikan Learning Management System yang disediakan di oleh sekolah.
Dalam pembelajaran daring, tidak semua jenjang pendidikan sebenarnya cocok. Misalkan dalam pembelajaran Pendidikan Dasar. Tujuan adanya pendidikan dasar adalah memberikan upaya membangun karakter, membimbing dan mengasuh kemampuan anak. Dalam Pendidikan Dasar pasti ada kegiatan-kegiatan, dan kegiatan tersebut membutuhkan pembelajaran secara kreatif dan inovatif yang dikembangkan oleh sekolahan agar anak-anak dapat bemain sekaligus belajar dan membekali anak untuk memperoleh kesempatan dan pengalaman yang dapat membantu perkembangan kehidupan anak selanjutnya. Jika dilihat, mayoritas orang tua mendaftarnya buah hatinya ke Pendidikan Dasar, alasannya yaitu soal fasilitas pembimbingan guru dan fasilitas bermain yang lengkap. Jika di sekolah semua alat permainan edukasi disediakan di sekolah, bagaimana di rumah? Permainan virtual pun belum sepenuhnya institusi memilikinya. Selama ini ini, siswa hanya diberikan tugas terbimbing dengan bantuan orang tua. Tentu kesempatan bermain dengan menggunakan permainan edukasi yang biasanya disediakan di sekolah tidak terpenuhi. Anak yang biasanya ada program bermain di luar kelas dengan jalan-jalan mengenalkan anak pada lingkungan sekitarpun tidak bisa dilakukan. Bahkan, kegiatan olahraga bersama yang rutin dilakukan di sekolah, semakin jarang dilakukan.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id
Belum lagi soal keluhan orang tua soal kesulitan ekonomi. Kesulitan ekonomi dalam masa pandemi berimplikasi pada ketidakberdayaan orang tua untuk mempertahankan keberlangsungan pembelajaran di sekolah. Banyak orang tua yang menjadi tidak “ridho” untuk membayar sekolah karena toh yang mengajar adalah orang tua di rumah sebagai konsekuensi pembelajaran daring.
Pemikiran bahwa yang mengajar sekarang adalah orang tua, bukan guru, mungkin perlu kita renungi bersama. Apakah jika tidak pandemi orang tua tidak mengajar anak-anak mereka di rumah sehingga ketika pandemi menganggap guru tidak lagi penting. Solusi permasalahan-permasalah di atas yaitu bagaimana orang tua dan guru harus bisa berkolaborasi. Orang tua harus sadar bahwa mengajar tanpa guru itu tidak mungkin bisa dilakukan jika terkait dengan keilmuan. Dan guru pun harus menyadari juga bahwa orang tua adalah patner mereka dalam mengajar.
Dengan begitu, akan terjadi harmonisi antara guru dan orang tua. Keduanya akan menjadi garda terdepan dalam menyiapkan generasi emas. Semuanya harus melepaskan egoisme pribadi soal klaim siapa yang dominan mengajar dalam masa pandemi. Guru memberikan program belajar terstruktur dan orang tua memfasilitasi pelaksanaan di rumah.
Oleh karena itu, hikmah dari peristiwa ini yaitu bangkitnya lagi kesadaran tentang siapa yang harus berperan dalam mendidik generasi penerus. Orang tua harus sadar dan ikhlas. Toh SPP juga sudah ada dipotong.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id
*)Penulis: Ganjar Setyo Widodo, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Malang (UNISMA).
*)Tulisan Opini ini di muat timesindonesia.co.id (https://www.timesindonesia.co.id/read/news/289276/kolaborasi-kunci-pendidikan-masa-pandemi)