Kebersamaan dan Bergandeng Tangan Hadapi Cobaan

bakpti.unisma.ac.id, 16/06/20. Cobaan pandemi Covid 19 belum berkahir, dengan demikian usaha untuk keluar dan bebas darinya pun terus berlanjut sampai benar-benar manusia dapat menjalani kehidupan secara norma atau istilah baru yang booming sekarang adalah kenormalan baru (new normal).

Sejatinya konsep new normal bukanlah sesuatu yang perlu dibesar-besarkan sebagai sesuatu yang berat dilakukan, karena arahan dan anjuran hidup dengan cara new normal itupun seharusnya sudah menjadi kebiasaan hidup tanpa ada pandemi sekalipun.

Konsep menjaga kebersihan, membiasakan hidup sehat dengan berbagai protokol itu sudah selayaknya dijalankan walaupun tanpa pandemi. Kedisiplinan untuk hidup bersih dan sehat kunci dari menjalani dan menggapai jalan keluar dari wabah yang mendunia.

Segenap upaya menghindari virus tidak bisa dilakukan hanya oleh segelintir kelompok manusia, apalagi hanya dibebankan pada pemerintah, atau diserahkan hanya pada paramedis yang tentunya secara kuantitas sangat terbatas jumlahnya. Kesadaran yang menyeluruh dan dimiliki oleh segenap lapisan masyarakat itulah pangkal keberhasilan kita dapat berhasil keluar dari cobaan virus Covid 19. Mustahil rasanya, keberhasilan keluar dari masalah dengan tanpa kerjasama dan bergandeng tangan satu sama lain dan melibatkan berbagai pihak.

Justru keterlibatan aktif masyarakat untuk tetap berdisiplin melakukan hidup bersih dan sehat merupakan cerminan usaha yang bersungguh-sungguh untuk lepas dari virus mematikan ini.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Sikap saling lempar tanggung jawab bukanlah sesuatu yang bijak dan malah mendorong pada situasi kegabutan dan kegamangan dalam menyelesaikan masalah pandemi. Ibarat seseorang ingin dapat penghasilan banyak tetapi hanya berpangku tangan, maka kesejahteraan hanya akan menjadi impian belaka. Diperparah lagi penyebaran hoaks tentang Covid 19 yang tidak berhenti membanjiri media sosial menunjukkan kekurangseriusan masyarakat benar-benar ingin keluar dari cobaan pandemi. Selama mental-mental negatif masih mewarnai masyarakat sulit kiranya wabah virus cepat hengkang dari kehidupan.

Sebaliknya, sikap kebersamaan dan bergandeng tangan dari seluruh lapisan masyarakatlah yang perlu ditumbuhkembangkan sebagai usaha keluar dari musibah. Apapun yang dapat dilakukan oleh individu maupun kelompok masyarakay lebih berharga disbanding dengan pengumbaran sikap-sikap yang desdruktif melemahkan semangat menanggulangi penyebaran virs Covid 19.

Dengan persatuan dan kesatuan yang tumbuh dari masing-masing anggota masyarakat mewujudkan kohesifitas sosial dan kekuatan massal sebagai modal memerangi virus mematikan. Asa dan harapan masih muncul di tengah peningkatan angka dan data ODP, PDP, Pasien meninggal dengan meningkatnya pula angka kesembuhan. Ini semua tetap memerlukan upaya bersama dengan saling menguatkan satu sama lain dan bukan sebaliknya melemahkan kebijakan-kebijakan dan upaya yang telah dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.

Sangat tidak etis di saat para pejuang di garda pertama sedang menolong para pasien untuk sembuh, justru di masyarakat berhembus isu konspirasi global tentang promosi penjualan alat-alat medis. Di samping itu menyebar di media massa berita kecurangan pihak-pihak tertentu saat membagikan bantuan sosial.

Terang saja kita tidak pernah dewasa melihat persoalan jika masih disibukkan dengan isu-isu yang tidak bertanggungjawab. Betapa repotnya kita, ada bantuan sosial dicurigai penggelapan distribusinya, ada Rapid Test diwaspadai promosi penjualan alat medis. Hal semacam ini tidaklah mungkin muncul jika hati dan mental kita benar-benar bersih dari prasangka-prasangka buruk

Bukankah kita mengenal betul konsep gotong-royong dari masa kita sekolah di tingkat dasar sampai sekarang, bahkan semangat hari Lahir Pancasila di bulan Juni 2020 pun tidak lepas dari semangat gotong royong. Maka sangat tepat kiranya di tengah cobaan pandemi ini kita memperkokoh kebersamaan dan selalu bergandeng tangan menghadapi berbagai kesulitan.

***

*) Penulis Mohammad Afifulloh, Dosen Fakultas Agama Islam dan KPS Magister Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Unisma Malang.

*)Tulisan asli Opini ini dimuat di timesindonesia.co.id

Edisi 16 Juni 2020

You may also like...

Popular Posts